Aku ingin
menghitung waktu
hingga usai tahun ke seribu
tak ingin lagi aku dalam 'bayang-bayang' mu
untuk sekedar berani bicara:
aku pun 'ingin hidup seribu tahun lagi'
Menembus waktu
usai sudah tahun ke seribu
dan aku makin tak sanggup bicara
Pada yang ke seribu
aku sendiri tanpa kawan
melingkari sepi dan mimpi
Pada yang ke seribu
robot-robot bicara tanpa makna
Pada yang ke seribu
tak ada warna
Pada yang ke seribu
tak ada rasa
Pada yang ke seribu
buku-buku hanya sanggup bercerita
Pada yang ke seribu
gambar-gambar ikut mati
dalam desah kagum 'robot-robot'
para anak cucu kita
Pada yang ke seribu
akulah 'robot' yang tak ingin jadi robot
Pada yang ke seribu
aku ingin kembali
Pada yang ke seribu
aku memaki para sahabat yang telah 'mati'
Pada yang ke seribu
aku kehilangan segalanya
Izinkan aku 'menangis'
sebab aku tak kan pernah 'berani berkata'
tak pernah berani punya keinginan
seperti katamu
tentang hidup 'seribu tahun lagi'
Izinkan aku 'menangis'
sekalipun tanpa air mata
Izinkan aku 'menangis'
untuk kehilanganku
atas 'hati nurani'
atas 'nabi-nabiku'
atas 'malaikatku'
atas 'iblis-iblisku'
bahkan 'mungkin'
atas Tuhanku?
Pada yang ke seribu
aku 'ingin hidup seribu tahun lalu'
Pada yang ke seribu
aku ingin
'waktuku' datang saat ini
Jayapura, 31
Juli 1993
Back to: Kepenyairan
|