Mengapa datang
jika untuk pergi
apakah itu tradisi?
Orang-orang tertawa
melihat aku habiskan buah simalakama
padahal itu kunikmati
sebab aku dilanda kelaparan
sebab hatiku sekeras batu
sehingga mungkin aku tak paham lagi
kenapa harus kumakan buah itu
Anak-anak kecil mencuri
mangga
orang-orang datang mencaci maki
aku di sini sekedar saksi
Mari renungi:
untuk apa terbentuk persahabatan
jika tak saling mengisi
padahal siapapun tahu
persahabatan yang berakhir kehancuran
adalah sebuah resiko
yang tak berarti bagimu
mudah-mudahan juga bagiku
Ketika akhirnya
kepergian tidak lebih baik
daripada kedatangan
aku melihat ke dalam diri
namun tak peroleh kesimpulan apa-apa
Kecuali sekedar paham
bahwa jika dua sosok
punya hati sekeras batu
maka ketika terjadi benturan
begitu terasa kehancurannya
atau jika sama-sama kuat pun
dapat kau bayangkan sendiri
Kini
aku memaksakan diri
menempati posisi kekalahan
meski tak paham arti kekalahan
tapi benarkah engkau dalam posisi kemenangan?
Itu hanya sekedar bagian
kisah tak berarti
dari sejarah hidup kita
Dan tak dinyana
meski tak pernah membayangkan akhir kisah
meski pikiranku sepolos dirimu
meski aku pun tak pernah berpikir tentang cinta
Kini terpaksa
kutanamkan cinta padamu
sekedar menghibur diri
bahwa persahabatan itu
berakhir dengan kebaikan
bahwa kepergianmu
adalah lambang cintaku padamu
semoga engkau mengerti
dan mentalmu kian kuat
menghadapi ujian dari siapapun
seperti kemarin
dan hanya di tempat ini
aku dapat ucapkan terima kasih
namun tak ingin meminta belas kasihan
tak ingin juga meminta bagian
dari maaf yang kau miliki
Simpan saja semua jadi
milikmu
bahkan kuberikan semua
persediaan maaf milikku
untuk kau simpan selamanya
dan hatiku pun tak punya
maaf lagi
kecuali jika kau ingin kembalikan padaku
namun sebaiknya dibuang
saja
sebab aku masih bisa
memproduksi maaf sebanyak yang kuingin
hallo kembang?
apa artinya jadi kembang?
Mari semua
kita tertawakan kisah ini
Waena, Jayapura, 24 September 1998
Puisi Lain Tentang
Persahabatan pada Kumpulan Puisi "Pencarian"
(1989-1995):
Lewat
Suara
Pesan
I
Pesan
II
Reksami
I
Reksami
II
Puisi
Reksami Terakhir
Demi
Maaf Yang Tulus
Back to: Top
|